Sehat Dimulai dengan Memilih Piring yang Halal dan Aman

Tidak semua peralatan makan berbahan melamin foodgrade

Titik kritis keamanan piring melamin adalah pada proses polimerisasi bahan monomernya yaitu formaldehida dan fenol. Tujuan penambahan formaldehida dalam pembuatan tableware berbahan melamin adalah sebagai pengawet dan bahan baku. Adanya formaldehida juga menyebabkan piring lebih cerah dari piring plastik biasa.

Apabila proses polimerisasinya sempurna maka tidak terdapat residu yang berbahaya bagi tubuh. Namun, apabila komposisi formaldehida dan fenolnya tidak seimbang, akan menyebabkan depolimerisasi atau lepasnya monomer formaldehida yang dapat berpindah ke makanan (Tangdiongga, 2015).

Depolimerisasi juga bisa disebabkan oleh adanya kontak air panas dan sinar ultraviolet (sinar matahari) pada senyawa melamin serta adanya gesekan dan abrasi pada permukaan melamin. Depolimerisasi ini menyebabkan terlepasnya monomer formaldehida yang bersifat toksik bahkan karsinogenik bagi tubuh (Harjono, 2006 dalam Tangdiongga, 2015). Maka dari itu, sebaiknya memilih produk piring melamin yang foodgrade sehingga aman digunakan. Yaitu piring yang telah bersertifikat BPOM dan SNI.

Formaldehida berbahaya untuk kesehatan, pilih produk piring yang foodgrade!

Apabila residu dari piring melamin berpindah ke makanan, maka akan tertelan ke dalam mulut manusia. Ia juga dapat bercampur dengan udara dan terhirup melalui saluran pernafasan. Apabila ia masuk ke dalam tubuh manusia, ia sangat bersifat toksik bahkan karsinogenik.

Paparan formaldehida dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan pernafasan. Ia dapat menyebabkan mual karena sifatnya yang korosif dapat merusak mukosa lambung. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan metabolik karena dapat menurunkan kinerja hati, ginjal, dan jantung (Widyaningsih, 2006 dalam Tangdiongga, 2015).

BPOM telah melakukan pengujian terhadap 62 peralatan makan berbahan melamin. Tiga puluh diataranya terbukti menghasilkan residu formaldehida setelah dilakukan uji dengan makanan yang berair, berasam, dan bersuhu tinggi. Namun, kemungkinan dari ketiga puluh peralatan tersebut adalah bahan bakunya tidak foodgrade (Tangdiongga, 2015). Melamin tidak foodgrade mudah melepaskan formaldehida apabila terkena panas lebih dari 60oC (Ariwahjoedi, 2006 dalam Tangdiongga, 2015).

Tidak boleh digunakan dalam oven dan microwave

Melamin resin dibuat dengan cara mencampurkan melamin dengan formaldehida dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan-bahan ini dipolimerisasi, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pendinginan. Material yang telah didinginkan, digiling untuk menghasilkan bahan yang lunak. Pada proses ini dimasukkan bahan pengawet, minyak pelumas, dan zat warna. Setelah proses penggilingan selesai, dilanjutkan dengan granulasi yaitu membentuk bahan menjadi butiran-butiran kecil kemudian bahan dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan (Shreve, 1956 dalam Ainurofiq dan Nofi, 2014).

Polimer sendiri bersifat inert (komposisi aman), tetapi komponen-komponen monomer yang terdapat dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu pengolahan, pelarut, dan zat tambahan plastik, serta reaksi sampingan dan degradasi kimia dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya (Lu, 1995 dalam Ainurofiq dan Nofi, 2014). Jika terkena cairan panas, melamin dapat melebur. Oleh karena itu, sebaiknya melamin tidak digunakan dalam suhu panas seperti oven dan microwave (Wildholz, 1976 dalam Ainurofiq dan Nofi, 2014).

Tinggalkan komentar